“Kemarin kiai berkumpul (di Pesantren Tebuireng, Jombang), mendalami masalah-masalah terkait hubungan PBNU dan PKB,” kata Gus Yahya, sapaan Ketua Umum PBNU, ketika ditemui wartawan di kediaman K.H. Miftachul Ahyar di Pesantren Miftachussunnah, Surabaya, Jawa Timur, Selasa.13/8
Dari pertemuan para kiai di Pondok Pesantren Tebuireng tersebut disepakati memberikan “Mandat Tebuireng” kepada Rais Aam PBNU untuk ndandani atau memperbaiki PKB.
Setelah mendapatkan “Mandat Tebuireng”, Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Ahyar selanjutnya memanggil Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf yang kebetulan sedang berada di Surabaya.
“Kemudian saya tadi mendapatkan perintah langsung dari Rais Aam untuk menindaklanjuti laporan dari para kiai,” kata Gus Yahya.
Mengenai langkah apa yang akan dilakukan dalam memperbaiki PKB, Gus Yahya mengatakan akan segera mematangkan rumusannya.
Menurut Gus Yahya, masalah antara PKB dan PBNU sebenarnya bukanlah masalah baru. Hubungan yang tidak baik ini sebenarnya telah terjadi dalam 15 tahun terakhir atau sejak PKB dipimpin Muhaimin Iskandar.
“Ini berlangsung lama, sudah lebih dari 15 tahun. Masalah di dalam hubungan PKB dan NU ini sudah lama sekali, tetapi selama ini belum pernah dilakukan upaya-upaya yang masif mengelolanya,” katanya.
Turut hadir dalam pertemuan di kediaman Rais Aam PBNU, antara lain pengasuh Pesantren Lirboyo K.H. Anwar Mansyur, pengasuh Pesantren Sidogiri K.H. Nurhasan, pengasuh Pesantren Tebuireng K.H. Abdul Hakim Mahfudz, Wakil Rais Aam PBNU sekaligus pengasuh Pesantren Al Amin Kediri K.H. Anwar Iskandar, pengasuh Pesantren Zainul Hasan Genggong Probolinggo K.H. Mutawakil Alallah, serta sejumlah perwakilan kiai dari wilayah Indonesia timur dan barat. ( wa/ar)