Magetan, analisapublik.id – Warga Desa Candirejo, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Jawa Timur menggelar kegiatan Festival Jenang Candi 2024 sebagai upaya melestarikan kuliner khas dan mempromosikan desa wisata setempat.
Kepala Desa Candirejo Agus Setiyono di Magetan, Minggu,15/9 mengatakan festival yang digelar tiap tahun tersebut bertujuan untuk melestarikan budaya desa setempat. Tahun ini festival digelar pada tanggal 14-15 September 2024.
“Festival jenang candi ini untuk melestarikan budaya desa,” ujar Agus Setiyono dalam sambutannya.
Dalam festival tersebut terdapat momentum “andum” atau berbagi berkah jenang. Jenang yang dibagikan berupa gunungan yang sebelum dibagikan dikirab bersama iringan berbagai kesenian dari Dusun Jejeruk hingga lapangan Candirejo. Jaraknya sekitar 3 kilometer.
“Total ada 1,5 kuintal jenang dikemas menjadi ribuan bungkus yang dibagikan, ditambah puluhan kilogram jenang yang dibuat langsung di lokasi,” katanya.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Magetan Joko Trihono mengatakan jenang candi sudah menjadi makanan khas Magetan. Kuliner tersebut biasanya tersedia dalam hajat masyarakat. Khususnya pernikahan yang digelar dengan adat Jawa.
“Jenang candi termasuk budaya kuliner khas dari Magetan,” kata Joko.
Selain festival, banyak perajin di desa setempat yang memproduksi jenang candi dan kemudian dijadikan oleh-oleh khas Magetan yang dijual di toko oleh-oleh.
Joko menyampaikan tradisi seperti itu tak boleh terkikis zaman. Perlu pelestarian agar dikenal oleh generasi muda dan masyarakat umum.
Adapun, Festival Jenang Candi 2024 diawali dengan kirab gunungan jenang candi dan kerajinan kulit berupa sandal raksasa sebagai ikon Desa Candi, diikuti perangkat dan tokoh desa dengan berdandan kostum khas Jawa.
Setelah upacara seremoni yang dipimpin Kepala Desa Candirejo, ribuan masyarakat yang sudah menunggu berebut jajanan jenang yang dari beras ketan tersebut.
Masyarakat Magetan sangat antusias dengan kegiatan tersebut. Selain melestarikan budaya, festival tersebut juga mendongkrak perekonomian desa setempat. ( wa/ar)