SURABAYA, analisapublik.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya meningkatkan status siaga menghadapi musim penghujan dan potensi cuaca ekstrem yang diprediksi BMKG puncaknya terjadi pada awal 2026. Upaya mitigasi kini difokuskan pada pembersihan saluran, pengerukan sedimen, dan percepatan pembangunan infrastruktur pengendali banjir, terutama di kawasan yang kerap menjadi langganan genangan.
Kepala Dinas Sumber Daya Air dan Bina Marga (DSDABM) Kota Surabaya, Syamsul Hariadi, menegaskan bahwa Pemkot telah menjalankan pemeliharaan masif terhadap fasilitas penunjang, termasuk normalisasi saluran, pompa air, dan pintu air di muara.
“Jadi sebelum musim hujan, teman-teman Satgas atau pasukan merah itu melakukan pengerukan saluran. Kenapa harus dikeruk? Karena banyak sampah, banyak sedimen sehingga mengurangi kapasitas saluran, makanya perlu dikeruk agar kapasitasnya kembali seperti semula,” kata Syamsul di kantor eks Humas Pemkot Surabaya pada Kamis (6/11/2025).
Fokus Prioritas di Kawasan Rawan Selatan
Syamsul menjelaskan, DSDABM kini memprioritaskan penanganan genangan di kawasan Surabaya Selatan. Wilayah ini menjadi fokus utama pembangunan infrastruktur baru yang bersifat permanen.
Syamsul mengakui adanya sedikit keterlambatan, namun ia optimistis pembangunan rumah pompa ini dapat tuntas menjelang akhir tahun. “Saat ini, progresnya di akhir Oktober kemarin, kita hitung 70 persen semua pembangunan ini sudah selesai. Tinggal 30 persen yang belum, itu nanti 20 persennya kita selesaikan di akhir November, yang 10 persen insyaallah kita selesaikan di Desember 2025,” paparnya.
Selain pembangunan fisik, Pemkot Surabaya juga mengandalkan koordinasi rutin dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk deteksi dini cuaca ekstrem. Menurut Syamsul, Pemkot biasanya menerima peringatan satu hingga dua jam sebelum cuaca ekstrem terjadi.
“Kita selalu dapat informasi dari BMKG ketika akan ada hujan… Informasi yang diperoleh dari BMKG bisa dijadikan acuan untuk mitigasi dini, mulai dari mengurangi debit air di saluran, menyalakan rumah pompa, hingga membuka pintu-pintu air,” jelasnya.
Sementara itu, Koordinator Prakirawan BMKG Maritim Tanjung Perak Surabaya, Ady Hermanto, membenarkan bahwa Surabaya kini telah memasuki musim penghujan, dengan intensitas curah hujan yang bervariasi dari sedang hingga lebat. Puncak musim hujan diprediksi terjadi pada Januari dan Februari 2026.
Ady juga mewanti-wanti potensi bencana ganda. Pada tanggal 6-7 November 2025, akan terjadi gelombang pasang maksimum di wilayah Selat Madura.
“Nah, jika dibarengi hujan yang deras, otomatis genangan air juga akan semakin tinggi. Karena Surabaya sudah masuk musim penghujan, puncaknya akan terjadi pada Januari dan Februari 2026,” kata Ady.
Curah hujan tinggi di Surabaya disebabkan oleh fenomena Muson Barat yang dominan, ditambah dengan Madden Julian Oscillation (MJO) yang menambah pasokan uap air dari Samudera Hindia.
BMKG mengimbau masyarakat untuk rutin melakukan pembersihan drainase dan memantau informasi cuaca melalui platform BMKG, termasuk WOFI Juanda dan aplikasi Info BMKG, yang selalu diperbarui setiap 10 menit sekali.
Ady menambahkan, BMKG juga menggandeng Pemkot Surabaya dengan memasang display informasi cuaca, terutama di wilayah pesisir, sebagai sistem peringatan dini bagi nelayan dan masyarakat umum.
(Res)











