Banyuwangi, analisapublik.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi megajak masyarakat, khususnya generasi muda mengenal sejarah Bumi Blambangan tersebut melalui pameran sejarah serta budaya dan tradisi masa lampau bertajuk “Banyuwangi Kolo Semono” atau “Banyuwangi Kala Itu”.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan pameran yang berlangsung di halaman museum Dinas Kebudayaan dan Pariwisata sejak 3-7 Juni 2024 itu memberikan kesempatan kepada pengunjung untuk napak tilas sejarah Banyuwangi dengan berkunjung di Museum Blambangan di sekitar lokasi.
“Dengan mengenal sejarah, kami berharap masyarakat Banyuwangi semakin mencintai daerahnya,” kata Ipuk di Banyuwangi, Sabtu.8/6
Bupati juga mengajak seluruh masyarakat terus merawat dan melestarikan kearifan lokal karena budaya, tradisi, dan sejarah, adalah identitas daerah yang merupakan kekayaan Banyuwangi yang harus terus lestari.
“Jangan sampai anak cucu kita justru lebih mengenal budaya bangsa lain. Jangan sampai mereka lebih mengenal K-Pop ketimbang lagu daerahnya. Maka kegiatan nguri-uri budaya semacam ini sangat penting dan ini akan terus kami gelar setiap tahunnya,” ucap Ipuk.
Ia menjelaskan secara harfiah “Banyuwangi Kolo Semono” menjadi ajang mengajak para pengunjung untuk kembali ke masa lampau.
“Ajang ini merupakan bagian dari upaya untuk menyatukan masa lalu, masa kini, dan masa depan. Dengan berkumpulnya semua kalangan usia di tempat ini, semoga bisa menguatkan kolaborasi untuk membangun Banyuwangi,” kata Bupati Ipuk.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Banyuwangi Taufik Rohman menambahkan ajang “Banyuwangi Kolo Semono” juga melibatkan belasan pelaku UMKM kuliner, batik, kerajinan, jamu tradisional, pakaian jadi, hingga asesoris dengan transaksi ekonomi mencapai puluhan juta setiap harinya.
“Jadi, ini bukan sekadar ajang pelestarian budaya, namun juga upaya menggerakkan perekonomian warga,” katanya.
Menurut Taufik, kegiatan tersebut mampu mendongkrak kunjungan di Museum Blambangan yang ada di areal Kantor Disbudpar. Museum itu memiliki koleksi sekitar 4.300 benda bersejarah yang terbagi dalam empat periode, mulai era pra-sejarah, Hindu-Budha, Islam, dan Kolonial.
“Di Museum Blambangan koleksinya lengkap. Kita jadi tahu sejarah Banyuwangi karena juga mendapat penjelasan,” katanya. ( wa /ar)