Enam desa tersebut yakni Desa Pendil di Kecamatan Banyuanyar, Desa Sebaung di Kecamatan Gending, Desa Sumberanyar di Kecamatan Paiton, Desa Sumberbulu di Kecamatan Tegalsiwalan, Desa Pegalangan di Kecamatan Maron dan Desa Alassapi di Kecamatan Banyuanyar.
“Kami ingin perempuan memiliki kesadaran kritis, kepedulian, solidaritas dan komitmen untuk melakukan perubahan di masyarakat,” kata Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Probolinggo Rigustina dalam keterangan tertulis yang diterima di kabupaten setempat, Selasa.8/10
Masing-masing desa diikuti oleh 25 peserta yang terdiri dari anggota kelompok pengajian, kader desa dan ibu rumah tangga. Mereka mendapatkan bimbingan dari narasumber yang berasal dari DP3AP2KB, Dinas Kesehatan (Dinkes), Aisyiyah dan PKB Kecamatan.
“Kegiatan itu juga menekankan pentingnya suara perempuan dalam pengambilan keputusan. Harapannya, para perempuan berani bersuara. Pendapat mereka harus didengar dan dipertimbangkan,” tuturnya.
Selain itu, lanjut dia, kaum perempuan juga diharapkan aktif mengkampanyekan isu-isu penting, seperti pernikahan anak di bawah umur karena sangat berbahaya kawin di usia anak yang berdampak pada banyak hal.
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan itu nantinya akan diadakan pertemuan sekolah perempuan setiap minggu. Dalam pertemuan itu, peserta akan belajar menggunakan modul yang telah disediakan.
“Kami ingin memastikan bahwa pembelajaran di sekolah perempuan itu berkelanjutan dan memberi dampak nyata dalam pemberdayaan perempuan di desa,” katanya.
Dengan adanya inisiatif sekolah perempuan, lanjut dia, pihaknya berharap nantinya dapat menciptakan ruang bagi perempuan untuk tumbuh dan berkontribusi lebih besar dalam pembangunan masyarakat.
“Kegiatan itu diharapkan tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membangun jaringan solidaritas antar perempuan di Kabupaten Probolinggo,” ujarnya. ( wa/ar)