Banyuwangi, analisapublik.id – Bupati Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur Ipuk Fiestiandani menyebut bahwa peternakan menjadi satu pilar kekuatan ekonomi di kabupaten tersebut.
“Dengan kontes ternak ini kami ingin menunjukkan potensi besar peternakan kambing dan domba, khususnya di Banyuwangi,” katanya saat menghadiri kontes ternak kambing dan domba di Lapangan Benculuk, Kecamatan Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Minggu.4/8
Sekitar 500 ekor kambing dan domba milik peternak dari berbagai wilayah di Jawa Timur mengikuti kontes ternak yang memperebutkan Piala Bupati Banyuwangi. Ratusan ternak tersebut didandani sedemikian rupa agar terlihat cantik.
Menurut Ipuk, kontes ternak kambing dan domba ini merupakan ajang identifikasi ternak unggul, selain itu juga untuk berbagi ilmu dan memperluas jejaring bagi para peternak di kabupaten ujung timur Pulau Jawa itu.
“Mari kita manfaatkan kontes ini untuk berbagi ilmu dan sebagai sarana edukasi antar peternak,” kata Bupati Ipuk.
Pada kontes tersebut juga diserahkan Surat Keputusan (SK) penetapan sapi rambon sebagai sapi lokal khas Banyuwangi oleh Kementerian Pertanian. Sertifikat tersebut diserahkan Koordinator Pemasaran dan Informasi Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari.
Sapi rambon adalah hasil persilangan dari beberapa jenis sapi, moyang dari sapi rambon diindikasi merupakan jenis indukan dari Banteng Jawa.
Di Banyuwangi sendiri, populasi ini terdapat sekitar 600 ekor, dan Pemkab Banyuwangi melakukan pemulihan dan pelestarian melibatkan berbagai tahapan pengujian dan rekayasa genetik.
“Kita patut bersyukur setelah sekian lama sapi rambon ditetapkan menjadi hewan asli Banyuwangi,” kata Ipuk.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi Arief Setiawan menjelaskan bahwa kontes domba dan kambing diikuti oleh berbagai kabupaten/kota di Jawa Timur, seperti Nganjuk, Malang, Tulungagung, dan lainnya.
“Antusiasmenya sangat luar biasa, kami sampai harus tutup pendaftaran karena animo yang tinggi,” katanya.
Arief menjelaskan, kontes domba dan kambing terdiri dari dua komoditas, yakni kambing etawa dan domba sopas, dari keduanya masing-masing memiliki 10 kelas perlombaan.
“Parameter penilaiannya mulai dari bentuk kepala, telinga, tanduk, kulit, dan mata. Juga ada penilaian bagian tengah dan belakang, hingga kesehatan, dan bentuk ekornya juga kami nilai secara rinci,” ujarnya. ( wa/ar)