Situbondo, analisapublik.id- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Pasuruan, Jawa Timur, telah memasang alat sensor seismograf di Desa Sumberwaru, Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jumat. Desa ini merupakan salah satu lokasi yang paling parah terdampak gempa bumi.
Ahli Madya BMKG Stasiun Geofisika Pasuruan, Syawaldin Ridha, menjelaskan bahwa pemasangan alat ini bertujuan untuk mengukur kerentanan tanah pascagempa bermagnitudo 5,4 yang terjadi pada Kamis (25/9) sore.
“Pemasangan alat ini untuk mengukur kerentanan tanah pascagempa, agar kami mengetahui apakah kerusakan bangunan rumah warga di desa ini karena tanahnya rentan atau struktur bangunannya yang tidak layak,” ujar Syawaldin.
Desa Sumberwaru dipilih menjadi lokasi pertama karena dari empat desa di Kecamatan Banyuputih yang terdampak, desa ini mengalami kerusakan paling banyak, dengan catatan 60 unit rumah rusak.
Pemasangan alat untuk mendeteksi kerentanan tanah ini akan dilakukan secara bergiliran ke desa terdampak lainnya, yang masing-masing membutuhkan waktu sekitar dua jam untuk pendeteksian. Setelah mendapat data dari Sumberwaru, BMKG akan berpindah ke desa lain, dan bahkan ke lokasi yang tidak terdampak gempa untuk membuat perbandingan.
“Setelah mendapatkan perbandingan itulah, BMKG nantinya akan membuat kesimpulan penyebab rumah rusak pascagempa. Apakah karena kerasnya guncangan atau bangunan yang tidak standar, atau struktur tanah,” jelasnya.
Gempa bumi tersebut awalnya dilaporkan bermagnitudo 5,7, namun dimutakhirkan menjadi magnitudo 5,4. Pusat gempa berada 18 kilometer tenggara laut Desa Sumberwaru, dengan kedalaman 12 kilometer, dan tidak berpotensi tsunami.
Hingga Jumat sore, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Situbondo mencatat total 99 rumah terdampak gempa yang tersebar di empat desa di Kecamatan Banyuputih:
Sumberwaru: 60 rumah
Sumberanyar: 16 rumah
Wonorejo: 19 rumah
Sumberejo: 4 rumah
Tingkat kerusakan bervariasi, mulai dari rusak ringan, sedang, hingga berat.( w/an)





