Surabaya, analisapublik.id – PCNU Kota Surabaya ziarah ke makam muassis atau pendiri Nahdlatul Ulama (NU) dan napak tilas resolusi jihad NU, yang didukung lebih dari ratusan peserta dengan bersepeda kuno, Minggu.13/10
Dalam kegiatan untuk memperingati Hari Santri ini juga dihadiri oleh PJs Wali Kota Surabaya, Restu Novi Widiani, Sekretaris Kota Surabaya, Iksan, Ketua PCNU Kota Surabaya Masduki Toha bersama sejumlah kiai lainnya.
Ketua PCNU Kota Surabaya Masduki Toha mengatakan, kegiatan napak tilas tersebut diawali dengan ziarah di Makam KH Ridlwan Abdullah di Pemakaman Tembok Surabaya, sekaligus berdoa bagi KH Thohir Bakri dan sejumlah tokoh yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah pada saat Pertempuran 10 November 1945.
Napak tilas diinisiasi tiga MWC NU, Simokerto, Bubutan dan Semampir, diikuti secara khusus menggunakan sepeda kuno sebanyak 150 peserta dengan diiringi ibu-ibu Muslimat NU dan warga Nahdliyin Surabaya.
“Alhamdulillah, warga NU begitu bersemangat dalam mengikuti kegiatan ini. Semuanya untuk mengambil obor semangat para pejuang dan muassis NU. Beliau-beliau yang telah membuka jalan bagi generasi penerus sekarang ini,” tutur Ketua PCNU Surabaya, Masduki Toha.
Setelah dari Pemakaman Tembok, lanjut dia, ziarah dilanjutkan ke kompleks Masjid Agung Sunan Ampel, tempat makam H. Hasan Gipo, president Hoofdbestuur Nahdlatoel Oelama (HBNO) atau ketua umum PBNU pertama pada berdiri NU pada 31 Januari 1926.
Selain itu, juga ke makam KH Mas Alwi bin Abdul Aziz, pencetus nama Nahdlatul Ulama (NU) di Pemakaman Rangkah, berdekatan dengan makam WR Soepratman, pencipta lagu kebangsaan Indonesia Raya.
Ziarah muassis NU juga ke makam KH Ahmad Dahlan Akhyad dari
Kebondalem di Pemakaman Pegirian yakni kiai yang aktif menggerakkan Tashwirul Afkar (Tanki Pemikiran) dan wakil rais yang mendampingi Rais Akbar NU Hadlratusy Syaikh KH M Hasyim Asy’ari.
Kegiatan berakhir di Monumen Resolusi Jihad NU atau kantor PCNU Kota Surabaya, Jl Bubutan VI/2 yang juga merupakan kantor PBNU pada masa perjuangan kemerdekaan Indonesia 1945-1949 (diselingi perpindahan kantor PBNU di Pasuruan dan Madiun).
Di Monumen Resolusi Jihad NU, diadakan orasi kebangsaan disampaikan sejarahwan NU, Riadi Ngasiran.
Penulis buku “Resolusi Jihad NU, Perang Sabil di Surabaya tahun 1945” tersebut mengatakan Fatwa Jihad Kiai Hasyim Asy’ari, yang menjadi pijakan Resolusi Jihad NU (22/10/1945) itulah yang menyulut berkobarnya pertempuran 10 November 1945.
“Ketika setiap mengawali pidato dengan basmalah dan mengakhiri dengan takbir 3 kali, pidato Bung Tomo tak lepas dari ijazah doa dari para ulama pejuang kemerdekaan kita,” tuturnya.
Namun, Riadi menyesalkan Monumen Tugu Pahlawan Surabaya, masih belum fair dalam mendokumentasikan peran perjuangan para santri, dalam Perang 10 November 1945, karena peran santri tidak ada di Monumen Tugu Pahlawan itu. Pemkot Surabaya sebagai pengelolanya masih menisbikan para pejuang yang tergabung dalam Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah, yang merupakan massa kaum santri dari Jawa dan Madura.
Selain Napak Tilas Pejuang dan ziarah Muassis NU, PCNU Surabaya juga menyemarakkan Hari Santri Nasional pada 22 Oktober 2024, dengan drama kolosal “Resolusi Jihad NU” di Tugu Pahlawan.
Selain itu, juga diadakan Istighotsah dan doa bersama untuk para syuhada, para mujahid, perang kemerdekaan Indonesia. ( wa/an)