EkbisHeadlinePemerintahan

Bersarung Bersama 9 Hari, Bupati Ponorogo Ajak ASN dan Masyarakat Rayakan Hari Santri dengan Tradisi Unik

131
×

Bersarung Bersama 9 Hari, Bupati Ponorogo Ajak ASN dan Masyarakat Rayakan Hari Santri dengan Tradisi Unik

Sebarkan artikel ini

 

Ponorogo, analisapublik.id  – Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko (Kang Giri), menginstruksikan seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) dan masyarakat di wilayahnya untuk mengenakan pakaian ala santri lengkap dengan sarung selama sembilan hari, mulai 13 hingga 22 Oktober 2025.

Kebijakan ini merupakan bagian dari upaya menyambut dan memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2025, dan secara resmi tertuang dalam surat instruksi Bupati Ponorogo Nomor 100.3.4.2/KH 11/405.01.2/2025.

“Santri itu berjuang, santri itu berkorban. Dalam sejarah kemerdekaan, termasuk peristiwa 10 November, selalu ada peran besar santri. Karena itu pemerintah menetapkan Hari Santri Nasional, dan kami menyambutnya dengan bersarung bersama,” kata Kang Giri di Ponorogo, Senin.

Tradisi mengenakan sarung secara massal ini telah menjadi agenda rutin selama empat hingga lima tahun terakhir sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa dan perjuangan para santri. Kang Giri mengungkapkan kebanggaannya, “Kami bangga mengenakan pakaian ala santri karena ini simbol keikhlasan dan perjuangan.”


 

Menggerakkan Ekonomi Lokal

 

Selain sebagai bentuk peringatan dan penghormatan, Kang Giri menilai momentum Hari Santri juga berhasil menggerakkan roda ekonomi masyarakat. Ia menyoroti adanya peningkatan signifikan permintaan terhadap produk sarung, baju Muslim, dan perlengkapan ibadah lainnya menjelang peringatan HSN.

“Selain memperingati Hari Santri, ekonomi juga ikut tumbuh. Pedagang sarung dan baju Muslim laku keras. Ada kincir ekonomi yang bergerak bersama,” tambahnya.


 

Ajak Semua Elemen Masyarakat

 

Ponorogo juga mendapat kehormatan sebagai salah satu daerah yang ditunjuk sebagai tuan rumah peringatan HSN 2025 oleh Jaringan Kiai Santri Nasional (JKSN).

Kang Giri mengajak seluruh elemen masyarakat—termasuk pelajar, mahasiswa, guru, pedagang, karyawan, dan jurnalis—untuk berpartisipasi dengan mengenakan sarung atau gamis. Untuk masyarakat non-Muslim, ia menganjurkan untuk menyesuaikan dengan pakaian yang sopan.

“Kami ingin Hari Santri menjadi penggerak ekonomi, penguat karakter bangsa, dan penjaga peradaban Indonesia,” pungkasnya ( wa/ar,)