SURABAYA, analisapublik.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya langsung bergerak cepat menindaklanjuti laporan adanya kasus anak putus sekolah di Jalan Krembangan Bhakti 2/4B, Kelurahan Kemayoran, Kecamatan Krembangan. Penelusuran dilakukan langsung oleh Kepala Dinas Pendidikan (Kadispendik) Surabaya Yusuf Masruh bersama Camat Krembangan Harun Ismail pada Rabu (22/10/2025) sore.
Pemkot Koreksi Data Awal: Lulusan SMP, Bukan Putus Sekolah Dasar
Kepala Dispendik Surabaya, Yusuf Masruh, meluruskan informasi awal yang beredar. Berdasarkan penjangkauan oleh Kelurahan Kemayoran, diketahui bahwa remaja bernama Putri Gita Taria (20) memang sempat bersekolah di SMP Negeri 5.
“Jadi tidak benar (putus sekolah jenjang SMP), tapi tidak melanjutkan ke jenjang SMA. Setelah lulus SMP, Putri tidak melanjutkan pendidikannya karena alasan ekonomi,” kata Yusuf.
Setelah penjangkauan, Pemkot Surabaya mengambil langkah pendampingan agar Putri dapat melanjutkan pendidikannya di jenjang SMA. Pemkot akan memfasilitasi Putri untuk mengikuti Kejar Paket C melalui Program Krisna. Program Krisna sendiri merupakan inovasi Dispendik untuk mengatasi anak putus sekolah di Kota Surabaya.
“Nanti akan mengikuti Paket C Krisna di Dupak, biayanya gratis. Nanti kita pantau melalui kecamatan dan kelurahan untuk keberlangsungannya. Di paket itu kan juga nggak setiap hari, dan ada jadwal-jadwal tertentu, dan jamnya juga disepakati,” jelas Yusuf.
Fasilitas Antar-Jemput Gratis dan Pelatihan Keterampilan
Camat Krembangan, Harun Ismail, membenarkan bahwa Putri dan adiknya, Ristiyo Ari Prabakti (9) yang kini duduk di bangku kelas 2 SD, adalah anak kandung dari Mariyati (34).
“Anak pertama itu sudah lulus SMPN 5, kemudian putus sekolah karena alasan ekonomi. Nah, adiknya kelas 2 SD di sekolah Islam Nurul Huda,” kata Harun.
Harun menjelaskan, Kecamatan Krembangan melalui Kelurahan Kemayoran tidak hanya memfasilitasi Putri untuk ikut Kejar Paket C yang berlokasi di Balai RW 3 Dupak, tetapi juga akan memfasilitasi antar jemput gratis ke lokasi belajar.
Lebih dari itu, Pemkot juga berencana memberikan pendampingan berupa pelatihan skill untuk Putri yang saat ini berstatus menganggur.
“Ada program-program yang akan kita tawarkan ke dia, seperti pelatihan memasak, membuat kue, salon, merias dan sebagainya,” sebut Harun.
Harun menambahkan, ibu Putri, Mariyati, bekerja sebagai buruh cuci rumah tangga dengan penghasilan rata-rata sekitar Rp1,5 juta per bulan. Meskipun Mariyati dikategorikan sebagai keluarga Non miskin (Non Gamis) berdasarkan data Pemkot Surabaya, pemantauan dan pendampingan terhadap keluarga ini akan terus dilakukan.
Kadispendik Yusuf juga menjamin adiknya, Ristiyo, akan terus dipantau agar tidak putus sekolah. “Untuk adiknya nanti saya koordinasikan dengan sekolah juga biar nggak putus, kita pantau. Kita kan juga koordinasikan dengan teman-teman swasta, kalau dipindah ke negeri nanti kasihan anaknya,” terang Yusuf.
Harun berharap, setelah Putri melanjutkan pendidikan Paket C dan mengikuti pelatihan keterampilan, derajat keluarganya bisa terangkat.
“Yang bersangkutan (Mariyati) juga berharap bisa mendapat bantuan pekerjaan padat karya dan pelatihan keterampilan. Kita akan lakukan pendampingan terus sampai lulus. Yang terpenting, kita segera masukkan terlebih dahulu untuk kejar paket C,” pungkas Harun.
(Res)





